Caringin Tilu, tempat wisata alam yang masih cukup asing di telinga
warga Bandung ini berada di kawasan Kampung Cisayur Desa Cimenyan
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Arahnya dari Terminal Cicaheum
Bandung belok kiri ke Jalan Padasuka dari arah Bandung kota. Untuk
sampai di Caringin Tilu yang jaraknya sekitar 5 km dari Cicaheum
kuncinya hanya satu, ikuti saja alur jalan yang berkelok dan menanjak,
maka sekitar 20 menit kemudian sampailah kita di puncak tertinggi di
Kecamatan Cimenyan itu.
Cartil begitulah tempat ini biasa disebut, berasal dari singkatan
Caringin Tilu. Cartil dibuka menjadi tempat wisata mulai tahun 2002 itu
memiliki keindahan alam yang masih sangat asli. Awal dibuka sebagai
obyek wisata, hanya terdapat tiga orang penjual makanan. Namun, kini
semakin ramai dengan berdirinya 25 saung dengan berbagai varian makanan
yang disediakan.
Nama Caringin Tilu (dalam Bahasa Sunda) berarti tiga beringin diambil
dari keberadaan tiga pohon beringin di daerah ini. Tiga pohon dengan
umur ratusan tahun kini hanya tersisa satu pohon, karena satu pohon
tumbang, dan satu pohon lagi mati kering. Untuk melestarikan keidentikan
nama tempat ini dengan keberadaan pohon beringin maka warga masyarakat
di sekitar Cartil menanam dua pohon beringin sebagai pohon pengganti.
Di atas tempat ini ada makam leluhur yang diyakini keramat oleh warga
sekitar. Selain itu mitos berkembang lagi dengan adanya kejadian yang
dihubungkan dengan kematian dua pohon beringin atau caringin saat
kekalahan salah satu partai yang berlambangkan beringin pada pemilihan
umum.
Daratan tinggi Cartil yang memiliki keindahan alam sangat alami ini,
akan membawa kita pada rasa nyaman dan damai melihat harmonisasi alam
yang terhampar luas di depan mata kita. Ciptaan Allah berupa keindahan
alam dapat kita lihat telanjang menyampaikan pesan kepada kita untuk
tetap menjaga kelestariannya. Kita dapat mengamati kota Bandung yang
terletak di bawah daratan Cartil dengan sangat leluasa. Pemandangan kota
Bandung di malam hari dilihat dari Cartil laksana lautan hitam yang
bertebaran beribu bintang berasal dari ribuan lampu penduduk.
Cartil mulai mendapat perhatian dari pemerintah setempat berupa
perbaikan dan pelebaran jalan dengan mulai meningkatnya minat wisatawan
terhadap tempat ini. Setiap weekend tiba, pengunjung pun
membludak. Hal tersebut tentu memberi keuntungan yang besar bagi para
pedagang yang tidak lain adalah masyarakat pribumi sendiri. Dengan
keberadaan Cartil, masyarakat pribumi memperoleh tambahan penghasilan
dari hasil berjualan makanan.
Caringin Tilu ramai dikunjungi saat akhir pekan atau perayaan tahun baru.
Sabtu ini sebuah keluarga kecil juga memutuskan untuk menghabiskan
akhir pekan mereka dengan mengunjungi Cartil. Iskandar (30) ditemani
sang istri, Nurhayati (31) dan anak semata wayang mereka yang masih
berumur dua tahun, Raisa, juga menikmati keindahan Cartil. Ketika
matahari pagi masih berada di ufuk timur, keluarga kecil ini tengah
menikmati udara pagi dengan sarapan mie telur yang masih mengepulkan
asapnya ke udara di sekeliling mangkok. “ Kesini mengasuh anak, sekalian
mampir dan istirahat makan di sini,” ujar Iskandar.